Life Lesson 101: About Expectation

Apakah memiliki ekspektasi terhadap sesuatu itu baik? Dulu saya menjalani kehidupan dengan memiliki ekspektasi terhadap orang lain.

Namun selama hidup 30 tahun lebih, pelajaran yang didapatkan adalah kurangi ekspektasi atau berharap dengan orang lain. Karena seperti aritkel sebelumnya yang saya pernah tulis: Control is a Myth. Kunci kebahagian itu mudah sebenernya, jangan berharap terlalu banyak bahkan apa apa terhadap hal yang diluar kontrol diri sendiri.

Saya menulis artikel ini karena kembali diingatkan bahwa memiliki ekspektasi itu sebuah hal yang tidak bagus untuk mental health. Karena gampang sekali untuk dijatuhkan oleh pihak lain. Hidup harus menganut Zen (buddha/japanese).

Zen = hadir sepenuhnya di momen sekarang dengan hati yang tenang.

Lebih baik memikirkan apa yang ada sekarang, dan jangan meletakan masa depan di pegangan orang lain. Cukup enjoy the moment hari ini. Jika sesuatu terjadi ya terima saja apa adanya, karena itu diluar kontrol kalian.

Namun yang harus diperhatikan adalah kata “moment sekarang” jadi kalau hal tersebut dalam kontrol kalian, jagalah moment tersebut agar membuat kalian tenang.

  • Jangan mudah terpengaruh oleh orang lain.
  • Selalu ekspektasi yang terburuk maka kalian akan jauh lebih bahagia jika mereka melakukan hal diluar ekspektasi.

Ini adalah dilema Expectation-Disconfirmation Theory.

Kebahagiaan sering ditentukan bukan oleh hasil, tapi oleh seberapa jauh hasil itu dibandingkan dengan ekspektasi kita.

Jadi:

  • Jika kamu ekspektasinya rendah lalu hasil lebih baik, kamu merasa senang.

  • Jika kamu ekspektasinya tinggi lalu hasil lebih buruk, kamu merasa kecewa.

Secara matematis, pesimis bisa “menang” lebih sering — karena dunia seringkali tidak seindah harapan optimis.

Tapi kenapa pesimis sering lebih cemas?

Ada sisi lain: pesimisme yang terlalu dalam bisa menimbulkan:

  • kecemasan kronis (karena terus membayangkan hasil buruk),

  • rasa tidak berdaya (learned helplessness),

  • dan kadang mencegah tindakan karena takut gagal.

 

Thats Why, Defensive Pessimism + Zen is the Key!

Hidup di moment yang sekarang, nikmati jika itu baik, dan selalu siap untuk yang terburuk. Jika terjadi sesuatu yang buruk, diterima dipahami dan segera kontrol diri, karena hidup untuk moment sekarang, jangan biarkan moment kehidupan kalian rusak begitu saja. Ingat hal itu sangatlah tidak worth/ berharga untuk manusia yang diberikan otak, dan akal sehat yang bisa berpikir secara logis bukan dengan insting/ perasaan.

Jangan takut mencoba karena gagal, cobalah karena kalian tau akan bisa gagal, yang dilakukan hanya pembuktian kegagalan, jika berhasil itu bonusnya. Ide bagus bukan? terdengar seperti ilmuan bukan? melakukan pembuktian untuk hasil negatif juga hal yang positif bukan?

Kalian mungkin merasa bisa mengontrol orang lain, namun itu hanya fiktif. Karena orang yang kalian rasa bisa kontrol sebenernya hanya merelakan diri untuk mengikuti kontrol kalian. Begitu mereka sudah cukup, maka mereka semudah itu keluar dari kontrol kalian. Contoh: Kalian adalah seorang manager, anak buah kalian hanya “nurut” karena mereka masih ingin pekerjaan mereka. Jika mereka tidak ingin kerja disitu lagi, dengan mudahnya mereka melakukan hal yang tidak diinginkan.

 

TLDR; Control yourself not others!

“Saya tidak takut gagal. Saya bereksperimen untuk menemukan kenyataan. Kegagalan hanyalah hasil yang lain.”

“Cobalah bukan untuk membuktikan kamu bisa berhasil, tapi untuk membuktikan apa yang benar — hasil negatif pun tetap kemajuan.”

Itu bukan hanya realistis dan sehat, tapi juga filosofis dan ilmiah. Dan ironisnya, orang yang berpikir seperti ini biasanya lebih sering berhasil, karena mereka tidak lumpuh oleh ketakutan gagal.

 

Gambar sumber:

https://www.dailymail.co.uk/news/article-2652002/Feline-fine-Meet-Shironeko-incredibly-calm-looking-Japanese-cat-mastered-art-looking-happy.html#ixzz348ObCi7u

Visited 8 times, 1 visit(s) today
Hey ini ninos sendiri, seorang yang demen menulis yang ada dipikiran saja.. baik itu review makanan, barang, memberikan tips dan argumen lainnya. Seorang digital marketing manager di sebuah institusi keuangan non bank. Sebelumnya adalah senior uiux. Baca lebih lengkap di bagian tentang saya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *